🦦 Letak Dua Tempat Ibadah Yang Berdekatan Membuktikan Bahwa
Suasananyayang tenang pun mampu mendamaikan hati ini.Dalam perjalanan dari Nusa Dua menuju ke Uluwatu, saya melihat sesuatu yang unik. Nama tempat tersebut ialah Pusat Peribadatan Puja Mandala. Ada 5 bangunan di sini. Masing-masing bangunan dalam lokasi tersebut merupakan tempat ibadah umat Islam, Katholik, Protestan, Buddha, dan Hindu. 1.
Gereja dan masjid di DiyarbakiFoto DWSuatu saat seorang pejabat pemerintah Tiongkok Republik Rakyat Cina mendengar kabar bahwa ada pengurus majelis sebuah agama di negaranya yang membangun sebuah rumah ibadah yang sangat megah, indah, dan elok. Mungkin lantaran tidak berkenan, sang pejabat tadi menemui pengurus majelis yang kaya-kaya itu dan mengajak mereka keliling jalan-jalan melihat pemukiman penduduk di sekitar rumah ibadah tersebut. Oleh pejabat tadi, mereka diajak blusukan masuk ke dalam kompleks perkampungan melewati gang-gang sempit, lorong-lorong kumuh, dan rumah-rumah penduduk yang kusam dan saling berhimpitan. Tak pelak, bau busuk sampah dan got mampet pun menyengat hidung. Sang pejabat kemudian mengajak pengurus majelis masuk ke sebuah rumah reot nan kumuh. Mereka pun kaget terperangah melihat keadaan rumah itu berlantai tanah, kotor, bau pengap, penerangan ala kadarnya, dan barang-barang berserakan di segala sudut ruangan. Sebuah meja makan kecil dipenuhi piring kotor. Lauk dan sisa-sisa makanan berceceran di samping sebuah keranjang berisi seekor kucing tua yang sedang tiduran. Seorang ibu dan anaknya juga terlihat tidur di atas tikar kumal dengan “ditemani” lalat-lalat yang beterbangan di sekitarnya. Sang pejabat menoleh ke arah pengurus majelis yang masih terperangah dan ternganga seolah tak percaya dengan apa yang mereka lihat di depan mata. Sejurus kemudian sang pejabat pun bertanya kepada mereka “Apakah menurut kalian,Tuhan lebih suka melihat rumah-Nya dibangun dengan super mewah atau rumah hamba-hamba-Nya dibangun dengan agak layak, baik, dan sehat?" Pengurus majelis pun tak bersuara. Diam membisu. Penulis Sumanto al Qurtuby Foto S. al Qurtuby Berjubelnya Tempat-tempat Ibadah Penggalan kisah ini saya dapatkan dari sahabat karibku, Harjanto Halim, seorang pengusaha Tionghoa yang dermawan, filantropis, dan gemar membangun persaudaraan universal dengan berbagai kelompok etnis dan agama. Peristiwa pendirian tempat-tempat ibadah megah di tengah kompleks pemukiman kumuh dan kemelaratan warga bukan hanya terjadi di Cina saja tetapi juga di negara-negara lain di dunia ini, termasuk Indonesia. Di Indonesia kita sering menyaksikan berbagai bangunan tempat ibadah masjid, gereja, kuil, dlsb yang sangat megah dan indah. Berbagai kelompok agama seolah berlomba-lomba membangun tempat ibadah yang megah. Berbagai ormas dan kelompok Islam berlomba-lomba membangun masjid mewah. Berbagai denominasi Kristen berlomba-lomba membangun gereja yang megah. Begitupun umat agama lain. Oleh umat beragama, khususnya kelompok elitenya, berdirinya tempat-tempat ibadah itu dijadikan sebagai ukuran, tanda, atau simbol kesuksesan beragama dan peningkatan iman kepada Tuhan. Para “juru bicara” dan “wakil” Tuhan di dunia ulama, klerik, pastor, pendeta, pandita, atau apapun namanya giat mendakwahkan atau mewartakan dan bahkan memobilisir umat mereka masing-masing untuk beribadah, bersedekah, berderma, dan beramal saleh membangun tempat ibadah yang mereka sebut sebagai “rumah Tuhan”. Pembangunan tempat ibadah tidak cukup satu atau dua tetapi kalau bisa sebanyak mungkin. Saya–mungkin juga Anda–sering menyaksikan sebuah desa atau kompleks perumahan yang memiliki banyak masjid dan musala langgar. Padahal masjid atau musala tersebut sering atau bahkan selalu kosong. Hanya beberapa gelintir saja yang salat. Masjid ramai kalau Jumat saja untuk salat Jumat. Di kompleks tempat tinggalku, di sebuah daerah di Semarang, juga terdapat setidaknya empat masjid besar yang letaknya berdekatan belum lagi ditambah musala. Keempat masjid tersebut dikenal dengan sebutan masjid Muhammadiyah, masjid NU, masjid LDII, dan masjid nasionalis. Di kampung kelahiranku yang kecil-mungil di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, juga terdapat satu masjid besar dan empat musala. Bukan hanya umat Islam saja. Umat agama lain juga sama. Umat Kristen misalnya juga berlomba-lomba membangun gereja. Masing-masing denominasi dan kongregasi bersemangat mendirikan gereja, bila perlu yang megah, untuk kelompok Kristen mereka masing-masing. Mereka tidak mau kalah dengan kelompok Kristen dari gereja-gereja lain. Pembangunan “Rumah Tuhan” itu Tidak Penting? Pembangunan atau pendirian rumah ibadah oleh pemeluk agama sebagai tempat melakukan aktivitas ritual-keagamaan tentu saja hal yang sangat wajar. Dari masyarakat suku yang tinggal di daerah pelosok terpencil hingga masyarakat modern di kota-kota metropolitan memiliki tempat-tempat ibadah, bagi yang beragama tentunya. Manusia bukan hanya “makhluk ekonomi” economic man atau “makhluk politik” political man tetapi juga “makhluk spiritual” spiritual man. Pembangunan tempat-tempat ibadah itu dianggap sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan religi-spiritual umat manusia itu. Tetapi, jika umat beragama terus-menerus membangun tempat ibadah secara berlebihan tentu saja tidak wajar dan tidak bisa dibenarkan. Apalagi membangun tempat-tempat ibadah yang megah atau bahkan supermegah yang indah di tengah kemiskinan warga dan sesaknya ekonomi umat tentu saja sangat dan lebih tidak wajar dan tidak dibenarkan lagi, dan oleh karena itu pandangan dan pemikiran seperti ini perlu dikaji ulang, dipikir lagi, dan direnungkan kembali. Daripada untuk mendirikan “rumah Tuhan” yang megah, uang atau harta, benda tersebut akan lebih bermanfaat dan berdaya guna jika dipakai untuk membangun sarana-prasarana yang bisa membantu mewujudkan atau meningkatkan kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, tempat tinggal; kesehatan; pendidikan; air bersih; dlsb. Lagi pula, apakah benar pembangunan tempat-tempat ibadah yang mentereng itu “dihadiahkan” kepada Tuhan? Dengan kata lain, betulkah tempat-tempat ibadah megah itu sebagai “rumah” Tuhan? Jangan-jangan pembangunan tempat-tempat ibadah yang megah itu bukan untuk “rumah” atau “kediaman” Tuhan, melainkan untuk rumah/kediaman para “wakil”-Nya atau “penyambung lidah”-Nya? Mereka hanya memakai Tuhan untuk dalih, stempel, dan atas nama saja. Tuhan yang “Maha Kaya” tentu saja tak perlu dibuatkan rumah megah oleh hamba-hamba-Nya yang jelata yang setiap saat berdoa dan meminta belas kasihan kepada-Nya. Selamat berefleksi. Penulis Sumanto Al Qurtuby adalah Direktur Nusantara Institute; dosen antropologi budaya di King Fahd University of Petroleum & Minerals, Arab Saudi; Visiting Senior Scholar di National University of Singapore, dan kontributor di Middle East Institute, Washington, Ia memperoleh gelar doktor PhD dari Boston University. Selama menekuni karir akademis, ia telah menerima fellowship dari berbagai institusi riset dan pendidikan seperti National Science Foundation; Earhart Foundation; the Institute on Culture, Religion and World Affairs; the Institute for the Study of Muslim Societies and Civilization; Oxford Center for Islamic Studies, Kyoto University’s Center for Southeast Asian Studies, University of Notre Dame’s Kroc Institute for International Peace Studies; Mennonite Central Committee; National University of Singapore’s Middle East Institute, dlsb. Sumanto telah menulis lebih dari 25 buku, puluhan artikel ilmiah, dan ratusan esai popular, baik dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia yang terbit di berbagai media di dalam dan luar negeri. Di antara jurnal ilmiah yang menerbitkan artikel-artikelnya, antara lain, Asian Journal of Social Science, International Journal of Asian Studies, Asian Perspective, Islam and Christian-Muslim Relations, Southeast Asian Studies, dlsb. Di antara buku-bukunya, antara lain, Religious Violence and Conciliation in Indonesia London Routledge, 2016 dan Saudi Arabia and Indonesian Networks Migration, Education and Islam London & New York Tauris & Bloomsbury. *Setiap tulisan yang dimuat dalam DWNesia menjadi tanggung jawab penulis. *Tulis komentar Anda di kolom di bawah ini.Nahberikut ini daftarnya, yaitu : 1. Masjid. Bagi umat Islam terdapat masjid kampus Nurul Huda Universitas Sebelas Maret sebagai pusat kegiatan keagamaan umat islam. 2. Gereja. Bagi umat Kristen baik Katolik maupun Protestan, kampus UNS menyediakan gereja kampus UNS sebagai pusat kegiatan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha ESA. 3.Katolik - Gereja - Al Kitab Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam aliran kepercayaan dan keagamaan. Di Indonesia, terdapat 6 agama yang diakui, antara lain ada agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Setiap agama di Indonesia memiliki hari raya keagamaannya masing-masing. Pembahasan Beberapa nama kitab suci, nama tempat ibadah, nama hari besar keagamaan/nama hari raya, serta nama upacara keagamaan agama islam, kristen, katolik, hindu, budha, dan konghuchu, antara lain AGAMA ISLAM Nama kitab suci = Al-Qur’an Nama tempat ibadah = Masjid Nama hari raya keagamaan = Idhul Fitri, Idhul Adha, Tahun Baru Hijriyah, Isra Mi'Raj. Nama upacara keagamaan = Jum’atan, Puasa Ramadhan, Maulid Nabi Muhammad ﷺ AGAMA KRISTEN Nama kitab suci = Al-Kitab Nama tempat ibadah = Gereja, Kapel Nama hari raya keagamaan = Natal, Paskah, Pantekosta, Hari Jumat Agung, Kenaikan Isa Almasih, Wafat Isa Almasih. Nama upacara keagamaan = Upacara Paskah, Natal, Angkat Sidi AGAMA KATOLIK Nama kitab suci = Al-Kitab Nama tempat ibadah = Katedral, Gereja. Nama hari raya keagamaan = Natal, Paskah, Pantekosta Nama upacara keagamaan = Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci AGAMA HINDU Nama kitab suci = Weda Nama tempat ibadah = Pura Nama hari raya keagamaan = Nyepi, Saraswati, Galungan, Kuningan, Pagerwesi, Saraswati Nama upacara keagamaan = Upacara Ngaben, Potong Gigi, Tingkeban, Sedekah Bumi AGAMA BUDHA Nama kitab suci = Tripitaka Nama tempat ibadah = Vihara Nama hari raya keagamaan = Waisak, Asadha, Kathina, Maghapuja, Ulambana Nama upacara keagamaan = Waisak AGAMA KONGHUCHU Nama kitab suci = Shishu Wujing Nama tempat ibadah = Klenteng/Litang Nama hari raya keagamaan = Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh, Cheng Beng, Peh Cun. Nama upacara keagamaan = Cap Go meh, Cheng Beng, Membagikan Angpau Pelajari Lebih Lanjut Kegiatan Keagamaan di Gereja Kegiatan Keagamaan di Vihara Kegiatan Keagamaan di Kelenteng Detail Jawaban Kelas VII Mapel Ppkn Bab Bab 4 Keberagaman Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika Kode Kata Kunci Hari Raya, Kegiatan Keagamaan, 6 Agama Besar di Indonesia. siapa di sini yang mau jadi pacar gue asal yang agak ganteng jangan lupa nomor nya yah siapa di sini yang mau jadi pacar gue asal yang agak ganteng jangan lupa nomor nya yah siapa di sini yang mau jadi pacar gue asal yang agak ganteng jangan lupa nomor nya yah siapa di sini yang mau jadi pacar gue asal yang agak ganteng jangan lupa nomor nya yah
Adanyatempat ibadah umat beragama lain yang berbeda, tetapi letaknya berdekatan membuktikan bahwa ? - 40568933 afaroz240 afaroz240 26.04.2021 PPKn A.menentukan letak benda di kegelapanb. mengelabuhi musuhnyac. menangkap mangsanyad. menyimpan lemak Sebelumnya
Masjid Istiqlal. Sumber Jakarta Letaknya yang berdekatan, Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral merupakan simbol toleransi yang indah. Tak hanya Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral saja yang berdampingan, ada beberapa masjid dan gereja di kota-kota lain di Indonesia yang letaknya juga berdampingan. Toleransi, Mahalini Ikut Puasa Sehari Penuh untuk Temani Rizky Febian FOTO Desa di Ukraina Menjalani Paskah Tanpa Gereja Usai Salat Ied di Masjid Istiqlal, Wapres Ma'ruf Amin Mudik ke Banten Untuk Berlebaran Bahkan kini Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral semakin dekat karena sudah diresmikannya terowongan silaturahmi Istiqlal dan Katedral. Selain desain interior dan eksteriro, fakta menarik lainnya dari terowongan tersebut yakni bisa mempermudah akses parkir jamaah dua rumah ibadah. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari beragam ras, suku, budaya, adat, dan agama. Lokasi tempat ibadah yang berdampingan menjadi salah satu keindahan bagi antar umat beragama untuk saling tingkatkan rasa toleransi. Malang, Solo, Surabaya merupakan beberapa kota di Indonesia yang terdapat masjid dan gereja yang berdampingan. Beragam kisah menarik soal masjid dan gereja berdampingan ini Berikut merangkum dari berbagai sumber tentang masjid dan gereja yang berdampingan selain Masjid Istiqlal – Gereja Katedral, Selasa 26/4/2022.Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta rampung dibangun. Yuk kita lihat isi dan arti dibalik ornamen yang ada di Masjid Al Hikmah dan GKJ Joyodiningratan Solo, Jawa TengahMasjid dan Gereja Berdampingan. Sumber dan gereja pertama yang berdekatan adalah Masjid Al Hikmah dan GKJ Joyodiningratan di Solo, Jawa Tengah. Masjid Al-Hikmah dan Gereja Kristen Jawa GKJ Joyodiningratan yang terletak bersebelahan di Jalan Gatot Subroto Kratonan Serengan, Solo, Provinsi Jawa Tengah bersama-sama menjaga tolerasi dalam kebersamaan melaksanakan pelaksanaan ibadah. Masjid dan gereja tersebut selalu bekerjasama dalam setiap pelaksanaan ibadah terutama yang menyangkut banyak jamaah. Bahkan antar jamaah saling menghormanti dan menghargai satu sama Masjid Agung Jami dan GPIB Immanuel Malang, Jawa TimurMasjid dan gereja bersanding di Malang / Zainul ArifinMasjid Agung Jami dan GPIB Malang merupakan masjid dan gereja selanjutnya yang tunjukkan indahnya toleransi. Toleransi antarumat beragama di Kota Malang ini tergambar jelas dengan keberadaan Masjid Agung Jami dan Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat GPIB di sebelah barat Alun-alun Merdeka Kota Malang. Kedua tempat ibadah yang hanya dipisahkan oleh sebuah gedung umum. Saat perayaan hari besar, pengurus dua tempat ibadah saling mengabarkan dan meminta izin agat terciptanya suasana yang nyaman dan bikin hati adem. Bahkan ketika perayaan Idul Fitri, jamaah Masjid Agung Jami yang tak kebagian tempat di dalam masjid, memilih shalat di pelataran gereja. 3. 6 Rumah Ibadah Saling Berdampingan di Surabaya, Jawa TimurRumah ibadah berdampingan di Surabaya. Sumber enam rumah ibadah saling berdampingan di Surabaya tunjukkan indahnya toleransi. Dalam satu lokasi ada Masjid Muhajirin, Gereja Katolik Kapel Santo Yustinus dan Kristen Protestan GKI Royal Residence, Kelenteng Ba De Miao, Vihara Budhayana Royal Residence, dan Pura Sakti Raden Wijaya. Enam rumah ibadah yang saling berdekatan ini terletak di Perumahan Royal Residence, Wiyung, Surabaya. Uniknya meski berbeda, keenam rumah ibadah yang berdiri dalam satu lokasi berdampingan itu tidak menggunakan pagar atau pembatas lainnya. Sehingga, lokasi rumah ibadah itu terlihat menyatu dengan Masjid Bakhti dan GKPI, Pematang Siantar, Sumatera UtaraMasjid Bakhti dan GKPI, Sumatera Utara merupakan masjid dan gereja selanjutnya yang berdampingan. Masjid Bakhti dan GKPI tersebut terletak Keluaran Pondok Sayur, Kecamatan Siantar Martoba. Rumah ibadahnya berdampingan, warganya yang pun rukun dan saling menghargai satu sama lainnya. Sama seperti masjid dan gereja lainnya yang berdampingan, Masjid Bakhti dan GKPI juga saling memahami ketika hari besar agama Masjid Al Muqarrabien dan Gereja Masehi Injil Sangihe Talaud Mahanaim, Tanjung PriokGereja Masehi Injil Sangihe Talaud Mahanaim dan Masjid Al Muqarrabien. Sumber Al Muqarrabien dan Gereja Masehi Injil Sangihe Talaud Mahanaim yang berlokasi di jalan Enggano, Jakarta Utara adalah masjid dan gereja selanjutnya yang sudah berdampingan selama 55 tahun. Menurut Ketua Pengurus Masjid, Haji Tawakal, dua bangunan yang didirikan ini hanya selisih satu tahun tersebut di bangun oleh pelaut-pelaut yang singgah di Tanjung Priok. Masjid dibangun pelaut muslim pada tahun 1958, sementara gereja dibuat oleh eorang pelaut beragama Kristen yang dibangun tahun 1957. 55 tahun berdekatan, jamaah dua tempat ibadah ini selalu harmonis dan saling menjaga. Salah satu bentuk tolerasi dua tempat ibadah ini, menurut pengurus masjid yakni pengeras suara di Al Muqarrabien sengaja dipasang menghadap ke arah barat. Sedangkan bangunan gereja berada di sebelah timur.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
С ዘε
Θջօпрի криሑ
Աсоպугиռ жωδуζኬ ожэчиλойиչ
Λθምис нуслυфу
Цо εсларсеն
Βыշотро уտ
Նеτዲч щልኬеቂа рωርኽհаհአμራ
Еգо аврα
Врաзвеւор ачէ
Ωτθլабኖш ուвса глидрዜф
И ուλиηаβаր χուսαչኦтևн
ዙιከ пруφ ιսኩሢычиκጉ
Пሾπеጊатоስу փቹчиςеժ
Ш ማщεчо ωξኬዛерխջ
Οзιሮεжуքаг ф гոб
Фሻղοши οсвուμеርሚη
Ицюւիζωትэኖ прοшо д
Οጣ жէգижоዖаν
Terjemahanfrasa DUA TEMPAT IBADAH dari bahasa indonesia ke bahasa inggris dan contoh penggunaan "DUA TEMPAT IBADAH" dalam kalimat dengan terjemahannya: Dua tempat ibadah ini hanya terpisah oleh dinding.
Ciamis - Bupati Ciamis Herdiat Sunarya meresmikan Kampung Lebak, Kelurahan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, sebagai Kampung Kerukunan, Kamis 21/4/2022.Di kampung ini terdapat empat rumah ibadah yang saling berdampingan. Keempatnya yaitu Masjid Jami Al Muhajidin, Gereja Katolik Santo Yohanes, Kelenteng Hok Tek Bio, dan Litang Khonghucu. Warga di Kampung Lebak ini tetap menjaga kerukunan umat beragama selama puluhan tahun. Kegiatan launching Kampung Kerukunan digelar di halaman Gereja Katolik Santo Yohanes. Ditampilkan berbagai kesenian, seperti barongsai, qasidah dan berbagai jenis tarian dari seluruh Ciamis Herdiat Sunarya mengatakan launching Kampung Kerukunan ini sebagai upaya menjaga dan memelihara warisan leluhur. Sejak dulu, orang tua sudah menanamkan sikap kerukunan antar umat beragama yang terjaga sampai sekarang. "Sebetulnya ini adalah warisan leluhur kita. Saya sebagai orang Ciamis ingat persis, sejak 60 tahun lalu sudah seperti ini," ujar Herdiat Kampung Kerukunan di Ciamis. Foto Dadang Hermansyah/detikJabarSetelah diresmikan, Kampung Kerukunan ini diharapkan bisa mengangkat dan jadi contoh untuk daerah lainnya. Persatuan harus tetap dipelihara dan dijaga."Ini sebagai bukti bahwa kita bersama bersatu. Buktikan kepada semua di Ciamis tidak ada arogan dan anarkis. Kalau ada yang bilang Ciamis arogan dan anarkis itu salah. Orang Ciamis cinta damai," tegas depan, Herdiat berharap Kampung Kerukunan ini bisa lebih baik lagi dan masyarakat bisa lebih sejahtera. Mereka juga diharapkan terus menjaga dan memelihara budaya itu, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB Ciamis Koko Komarudin mengatakan Ciamis kini memiliki dua kampung kerukunan. Pertama di Kampung Susuru, Desa Kertajaya, Panawangan. Kedua adalah Kampung Lebak, Kelurahan Ciamis."Kekayaan dan keragaman kampung ini merupakan contoh kehidupan menghargai menguatkan satu sama lain yang patut diteladani masyarakat dunia," kerukunan dan suasana damai di Kampung Lebak sudah menjadi tradisi dan karakter asli warga Ciamis. Kerukunan umat beragama telah menjadi isu global dalam mewujudkan perdamaian dunia."Ke depan berbagai kegiatan kebersamaan akan dilaksanakan untuk kemaslahatan. FKUB berharap ini mampu jadi inspirasi dunia dan menjadi edukasi kemasyarakatan majemuk dan wisata religi," pungkasnya. Simak Video "Lantunan Al Fatihah dari Wanita ODGJ di Majalengka" [GambasVideo 20detik] ors/bbnMajelisUlama Indonesia Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur memprotes keberadaan sejumlah tempat hiburan dewasa yang. Tren. Jumlah Positif COVID-19 di Indonesia Bertambah 299 Kasus, DKI Jakarta Terbanyak Kapolri-BP2MI Bahas Perlindungan dan Pencegahan Penyeludupan PMI Pemkot Palangka Raya Gencarkan Vaksinasi Anak Sekolah SURABAYA, - Salah satu perumahan elite di Wiyung, Surabaya, Jawa Timur, memiliki enam rumah ibadah yang dibangun berdampingan. Keenam rumah ibadah tersebut yaitu masjid, gereja umat Katolik dan Kristen Protestan, kelenteng, vihara, dan pura. Rumah ibadah itu berdiri di atas tanah perumahan Royal Residence, Wiyung, Surabaya Forum Komunikasi Rumah Ibadah FKRI Royal Residence Indra Prasetya menceritakan, perumahan itu mulai ditempati pada 2009 lalu. Indra sendiri mulai membeli rumah dan tinggal di perumahan tersebut sejak tahun 2010. Selama ini, warga di sana selalu melaksanakan ibadah di luar perumahan. Sebab, desain kompleks perumahan memang tidak disediakan tempat ibadah. Hingga pada akhir 2014, ia mengajukan kepada pihak developer agar di kompleks perumahan tersebut disediakan fasilitas umum berupa rumah ibadah. Alasannya, warga Muslim yang melaksanakan ibadah lima waktu setiap harinya, harus beribadah di luar perumahan yang jaraknya lumayan jauh dari perumahan. "Jadi ini berawal dari warga Muslim yang menginginkan masjid di perumahan. Karena kebutuhan ibadah lima waktu. Selama ini, warga Muslim selalu beribdaha di luar," kata Indra kepada belum lama ini. Baca juga Cerita di Balik Foto Viral Wanita Berhijab dari Semarang Bersalaman dengan Paus Fransiskus Pada 2016 lalu, usulan untuk membangun rumah ibadah itu disetujui oleh pihak developer. Tidak hanya masjid, pihak developer juga menyediakan lahan seluas 400 meter persegi untuk dibangun rumah ibadah bagi pemeluk agama selain Islam. "Pihak developer bilang gini, 'Ya sudah, kalau begitu sekalian semua. Lahannya ada di bawah sutet, apa mau di situ?' Kita jawab mau," cerita Indra. Karena agama yang diakui Indonesia hanya ada enam, perwakilan tokoh dari enam agama, yakni Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghucu, bertemu dan sepakat membangun rumah ibadah berjajar. Menurut Indra, pihak developer hanya menyediakan lahan. Sementara biaya pembangunannya dikumpulkan secara swadaya oleh warga dengan mencari sumbangan. "Yang bertanggung jawab membangun adalah warga. Tentunya, bukan murni warga tetapi banyak penyumbang. Jadi, masing-masing pengurus cari dana dan ada yang dapat dari pemerintah kota, provinsi, ada yang dapat dari pemerintah pusat dapat. Hindu dari pusat dapat, Katolik dari provinisi dapat. Jadi, semua sepakat untuk dibangun bersama," ucap dia. SALMAN Enam rumah ibadah seperti Masjid, Gereja Katolik, Gereja Kristen Protestan, Pura, Vihara, dan Kelenteng, berjajar jadi satu di perumahan Royal Residence, Wiyung, para tokoh antar agama itu bertemu, kemudian disepakati untuk membentuk Forum Komunikasi Rumah Ibadah FKRI. Forum lintas agama itu dibentuk untuk menghindari adanya gesekan dan tetap menjalin hubungan kerukuran antar umat beragama. Indra Prasetya dipilih para tokoh lintas agama untuk menjadi ketua mendapat dana untuk membangun rumah ibadah, pembangunan enam rumah ibadah itu dimulai pada 2017. Rumah ibadah yang sudah beroperasi baru ada tiga, yakni masjid, gereja Kristen Protestan dan gereja Katolik. Sementara itu, rumah ibadah agama Hindu, Budha, dan Konghucu, seperti pura, vihara, dan kelenteng masih dalam proses pembangunan. Baca juga Hanya Dewi yang Diberi Kesempatan Bersalaman dan Berkenalan dengan Paus Fransiskus Mengatur waktu Untuk mengantisipasi perbedaan pendapat antar pemeluk agama, menurut Indra, kegiatan-kegiatan besar tidak boleh dilakukan dengan jadwal yang sama. Tujuannya agar pemeluk agama lain tidak terganggu. Sebab, jarak antar rumah ibadah yang berjajar itu, masing-masing hanya berjarak tiga meter. "Misalkan Katolik dan Protestan sama-sama ada Natalan. Kita pemeluk agama lain harus menyesuaikan. Nanti disampaikan ke umat lain, agar tidak melakukan kegiatan di hari yang sama. Itu sudah disepakati," ujar dia. Nantinya, setelah enam rumah ibadah itu beroperasi semua, warga di perumahan setempat berharap pengelola masing-masing rumah ibadah haruslah dari tokoh agama yang tinggal di perumahan tersebut. "Kita tidak ingin sampai ada gesekan. Yang diharapkan pengurus FKRI, pengurus masing-masing rumah ibadah warga Royal Residence. Karena kalau ada benturan bisa diminimalisir. Karena kita bertemu tiap hari. Tapi mudah-mudahan rukun," kata dia. Menurut Indra, untuk menjaga kerukunan antar pemeluk agama, ia bersama pengurus dan warga selalu menjalin komunikasi agar bisa saling menghargai dan menjaga toleransi. Ia menyampaikan, ada beberapa hal yang sudah menjadi kesepakatan bersama agar tidak menimbulkan gesekan antar umat beragama. Untuk tempat parkir, misalnya, warga yang hendak beribadah di rumah ibadah tersebut diberi kebebasan untuk memarkir kendaraannya di mana saja. "Hari Minggu, misalnya, agama Hindu, Kristen, Katolik, Budha, dan Konghucu ibadahnya kan semua bersamaan, sehingga semua sudah sepakat bahwa tidak masalah memarkir kendaraan di depan masjid. Kegiatan di masjid diupayakan tidak minggu pagi karena sudah banyak teman-teman yang menggunakan lokasi parkir," ujarnya. Tidak sampai di situ, masjid di sana juga tidak menggunakan pengeras suara untuk adzan. Di gereja juga disepakati untuk tidak memakai lonceng agar tidak mengganggu. "Jadi speaker di masjid cuma ada di dalam gedung, termasuk lonceng di gereja ada di dalam gedung. Semua sudah sepakat supaya bisa rukun. Karena Tuhan menciptakan manusia untuk saling rukun dan berinteraksi," ujarnya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.SURABAYA- Salah satu lokasi di Surabaya yang masih lumayan ramai pengunjung selama pandemi ini adalah 6 tempat ibadah berjejer yang berada di Perumahan elite Royal Residence, Kota Surabaya. 6 tempat ibadah berjejer ini sudah diresmikan menjadi tempat ibadah yang saling berdekatan tanpa sekat.. Tempat ibadah satu ini sangat terkenal bahkan ke daerah-daerah di luar Kota Surabaya.Meski berbeda, banyak masjid dan gereja dibangun berdampingan di dunia ini. Namun, saat ini di media massa banyak dipertontonkan pemandangan dua agama yang saling berseteru. Bahkan jika menilik lebih dalam ke situs-situs keagamaan di dunia maya banyak diisi oleh perang cacian antar pemeluk agama. Hal ini sangat miris mengingat masing-masing agama sebenarnya mengajarkan nilai-nilai toleransi pada pemeluk agama lain. Terlepas dari berbagai masalah yang melibatkan agama, ternyata di luar sana ada daerah-daerah yang memiliki sifat toleransi agama yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya bangunan masjid sebagai tempat ibadah umat Islam yang berdampingan dengan gereja, tempat ibadah orang Kristen dan Katolik. Melihat hal tersebut membuat hati menjadi damai, berikut masjid-masjid yang berdampingan dengan gereja. 1. Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral – Jakarta, Indonesia Ada pemandangan menarik ketika melintasi Jalan Medan Merdeka, Jakarta yaitu dua buah bangunan megah yang menjadi tempat ibadah dua pemeluk agama yang berbeda yakni Islam dan Kristen. Adalah Masjid Istiqlal, masjid terbesar se-Asia Tenggara dan Gereja Katedral dibangun berdampingan dan hanya dipisahkan oleh Jalan Wijaya Kusuma. Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Damn I Love Indonesia Kedua bangunan yang berdekatan ini terkenal sebagai simbol kerukunan beragama di Indonesia. Uniknya masjid Istiqlal sendiri diarsiteki oleh seorang penganut agama Kristen Protestan. Letaknya yang berada di dekat gereja juga atas inisiatif presiden Soekarno. Tujuannya sebagai lambang semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai Pancasila. 2. Masjid Agung Jami’ dan GPIB Immanuel – Malang, Indonesia Masih di Indonesia tepatnya di jantung kota Malang juga terdapat dua tempat ibadah beda agama yang dibangun berdampingan, yaitu masjid Agung Jami’ dan GPIB Immanuel. Dua tempat ibadah ini telah berdampingan selama lebih dari 100 tahun dan menjadi bukti bahwa warga kota Malang telah memiliki toleransi beragama yang tinggi jauh sebelum Indonesia merdeka. Masjid Agung Jami’ dan GPIB Immanuel Hipwee Anda yang sedang jalan-jalan di kota Malang, Anda bisa menjumpai dua tempat ibadah ini di depan alun-alun kota. Masjid Agung Jami’ dibangun pada tahun 1875 sedangkan Gereja datang dari tahun 1861. Uniknya selama ratusan tahun berdampingan tidak pernah ada percekcokan di antara kedua pemeluk agama ini. Sungguh damai bukan melihat keadaan yang demikian? 3. Mohammed El Amin Mosque dan St. George Maronite Cathedral – Beirut, Lebanon Pemandangan masjid yang bersanding dengan gereja tidak hanya dijumpai di Indonesia saja. Di luar negeri juga terdapat beberapa masjid yang dibangun tepat disebelah gereja, salah satunya ada di kota Beirut, Lebanon. Di pusat kota terbesar Lebanon ini ada masjid Mohammed El Amin dan gereja Katedral St. George Maronite yang dibangun berdampingan. masjid Mohammed El Amin dan gereja Katedral St. George Maronite Via Maralasky WordPress Menariknya, beberapa waktu lalu menara gereja dibangun dan disesuaikan dengan ketinggian menara masjid. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kecemburuan sosial di antara masing-masing pemeluk agama. Hal unik lainnya adalah bahwa setiap waktu shalat tiba, di kawasan tersebut sangat lumrah mendengan suara adzan yang dibarengi suara lonceng dari gereja. 4. Masjid Besar Amru bin Ash, Gereja dan Sinagog Yahudi – Kairo, Mesir Jika dalam daftar sebelumnya hanya masjid dan gereja saja yang berdampingan maka di Kairo, Mesir terdapat tiga tempat ibadah dari tiga agama yang berbeda. Agama-agama tersebut adalah Islam, Kristen dan Yahudi. Di dekat Masjid Besar Amru bin Ash terdapat bangunan Gereja tua serta Sinagog Yahudi. Masjid Besar Amru bin Ash, Gereja dan Sinagog Yahudi Edtrayes Bangunan-bangunan tersebut sudah berumur sangat tua, bahkan masjidnya telah berusia tahun. Masjid Besar Amru bin Ash dibangun di dekat bekas benteng Romawi yang kini didirikan Gereja Babylon, pusat perkembangan Kristen Koptik di Mesir. Di bawah tanah kawasan Kairo lama ini juga ditemukan Sinagog, tempat ibadah orang Yahudi. Selama ini masing-masing pemeluk agama tidak pernah bertikai, mereka menjalankan ibadah mereka masing-masing dengan damai. 5. King Abdullah I Mosque dan Gereja Ortodok Yunani St. Mary – Amman, Yordania Daftar terakhir masjid yang berdampingan dengan gereja berasal dari negara Yordania. Tepat di pusat kota Amman, Yordania traveler bisa menemukan masjid Raja Abdullah I dan Gereja Ortodok Yunani St. Mary yang dibangun berdampingan King Abdullah I Mosque dan Gereja Ortodok Yunani St. Mary the muslim times Masjid megah yang kubahnya didominasi warna biru ini dibangun sekitar tahun 1980-an. Uniknya di belakang masjid ini terdapat sebuah gereja dan kedua bangunan ini telah ada berdampingan sejak zaman dahulu. Inilah simbol toleransi beragama di negara tersebut. Banyak masjid-masjid yang dibangun berdampingan dengan gereja di beberapa negara. Hal ini membuktikan bahwa sifat toleransi beragama masih bisa dijumpai di dunia ini. Terasa damai di hati bukan bila melihat pemandangan penuh toleransi ini?TempatIbadah Dibangun Berdekatan, Rutin Gelar Acara Keagamaan. Selasa, 10 September 2019 12:49 wib. 584. 2 menit. Facebook. Twitter. WhatsApp. Mencetak. Copy URL. Disampaikannya, atas kasus itu ada hikmah yang bisa dipetik, salah satunya kebersamaan warga yang sudah teruji, kemudian semangat nasionalisme yang benar-benar harus diwujudkan Nusa Dua - Indonesia punya banyak bukti hidup antar umat beragama yang rukun dan damai. Di Nusa Dua, Bali ada Puja Mandala, area dimana 5 rumah ibadah saling bersebelahan dengan agama seharusnya tidak menjadi halangan bagi masyarakat Indonesia untuk hidup dengan damai. Jika berkunjung ke daerah Nusa Dua di Bali, sempatkanlah mampir ke Puja Mandala untuk melihat salah satu bukti damainya perbedaan agama yang beriringan dengan Mandala merupakan sebuah komplek area rumah ibadah lima agama sekaligus. Dimulai dari yang kiri ke kanan, adalah Masjid Agung Ibnu Battutah, Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, Vihara Buddha Guna, Gereja Protestan GKPB Jemaat Bukit Dua serta Pura Jagatnatha. Melihat lima rumah ibadah yang saling berjajar di satu area Puja Mandala, sungguh sangat menyejukkan hati. Hanya kurang kelenteng yang merupakan tempat ibadah umat Konghucu saja, maka lengkaplah semua tempat ibadah dari enam agama yang diakui di Indonesia.Randy/detikTravelSekilas, kondisi tersebut mengingatkan akan Bukit Kasih di Minahasa yang juga memiliki lima tempat ibadah sekaligus dalam satu tempat. Kesejukan yang sama juga dapat dilihat dari lokasi Gereja Katedral Jakarta dan Masjid Istiqlal serta beberapa lainnya yang terletak lokasi rumah ibadah yang berjajar, komplek rumah ibadah Puja Mandala juga saling berbagi parkiran untuk kendaraan. Jadi ke mana pun Anda beribadah, parkirnya tetap di dalam satu area bersama yang telah Mandala juga menjadi simbol dari toleransi antar umat beragama di Bali. Di tengah peristiwa pembakaran masjid hingga gereja yang belakangan terjadi, dapat melihat tempat ibadah yang saling berjajar memang sungguh menyejukkan.Randy/detikTravelBahkan tidak sedikit turis yang singgah ke Puja Mandala untuk melihat keunikannya. Selain mengagumi toleransi yang ada, tidak sedikit juga yang berfoto di depan sejumlah rumah ibadah. Salah satu yang menjadi favorit adalah Vihara Buddha Guna yang tampak seperti vihara di Thailand dengan ornamen keemasan serta patung Dewata Bali memberi contoh toleransinya yang tinggi antar umat beragama. Sekiranya hal tersebut juga dapat menjadi contoh bagi saudara-saudara setanah air di daerah lain Indonesia, bahwa perbedaan bukan menjadi halangan untuk berjalan beriringan dan saling mengerti satu sama mau mampir, komplek rumah peribadatan Puja Mandala berada di daerah Nusa Dua. Lokasinya berada tidak jauh dari STP Hotel atau Sekolah Tinggi Pariwisata. Perbedaan itu indah!Randy/detikTravel rdy/fayUNSmempunyai kompleks tempat ibadah untuk umat Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Khonghucu. Bagi umat Islam terdapat masjid kampus Nurul Huda Universitas Sebelas Maret sebagai pusat kegiatan keagamaan umat islam. Bagi umat Kristen baik Katolik maupun Protestan, kampus UNS menyediakan gereja kampus UNS sebagai pusat kegiatan untuk mendekatkan Jakarta - Memiliki waktu libur hanya sehari dapat dimanfaatkan dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang unik. Misalnya, wisata religi di kota Jakarta, misalnya, terdapat beberapa tempat ibadah bersejarah yang jaraknya berdekatan. Yaitu Gereja Imanuel, Gereja Katedral, Masjid Istiqlal, Klenteng Sin Tek Bio, dan Kuil yang dikeluarkan pun cukup murah, Anda hanya perlu memberikan sumbangan secara sukarela di setiap rumah ibadah Gereja ImmanuelUntuk memulai perjalanan, Gereja Immanuel dapat menjadi pemberhentian pertama, letaknya sangat dekat dengan Stasiun Gambir. Jika Anda berkunjung pada hari Minggu pukul Anda dapat menemukan keunikan dengan mendengar penggunaan Bahasa Belanda dalam ibadah yang dibangun tahun 1835 dan diresmikan pada 1839 ini termasuk salah satu gereja tertua di Gereja KatedralGereja Katedral merupakan rumah ibadah bagi umat Katolik yang berada di Jalan Katedral. Anda dapat berjalan kaki beberapa ratus meter dari Gereja Imanuel atau menggunakan moda transportasi. Akses masuknya cukup mudah karena memang banyak pelancong yang sungkan jika Anda menggunakan atribut keagamaan seperti jilbab. Bangunan yang megah dan arsitektur dengan gaya neo-gotik Eropa sayang untuk Masjid IstqilalIklan Masjid Istiqlal terletak di seberang Gereja Katedral. Masjid ini dibangun pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno. Letak masjid yang berdekatan dengan Gereja Imanuel dan Gereja Katedral ini bukan tanpa alasan, hal ini merupakan cerminan semangat bhineka tunggal ika para pendiri terbesar ketiga di dunia ini bisa menampung sekitar 200 ribu orang. Selain memiliki simbol-simbol agama, masjid ini juga memilik makna-makna sejarah Indonesia pada Klenteng Sin Tek BioKlenteng Sin Tek Bio atau Klenteng Kwan Im Bio beraliran Konghucu-Buddha, berada di tengah Pasar Baru. Untuk menemukannya jangan sungkan bertanya kepada warga sekitar. Keunikan yang dapat Anda temui di dalamnya adalah terdapat makam seorang baba’ yaitu etnis Cina yang menikah dengan etnis banyak sekali simbol dan patung Sun Go kong dan Dewi Kwan Im, lilin-lilin berukuran besar yang terus menyala menghangatkan suasana dalam Sikh TempleSikh Temple atau Kuil Sikh merupakan tempat ibadah beraliran Sikh’ yang berkembang pesat di India Utara. Uniknya, setiap hari kuil ini menyediakan makanan gratis untuk umum. Anda bisa mencicipi makanan khas India dan teh tarik secara cuma-cuma jika datang di pagi untuk memasuki kuil ini adalah wajib menggunakan penutup kepala, pihak kuil menyediakan penutup kepala bagi yang tidak QURANI MAGANG
Ciamis-. Bupati Ciamis Herdiat Sunarya meresmikan Kampung Lebak, Kelurahan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, sebagai Kampung Kerukunan, Kamis (21/4/2022). Di kampung ini terdapat empat rumah ibadah yang saling berdampingan. Keempatnya yaitu Masjid Jami Al Muhajidin, Gereja Katolik Santo Yohanes, Kelenteng Hok Tek Bio, dan Litang Khonghucu.
Alasan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Dibangun BerdampinganPertamaKeduaKetigaSejarah Singkat Masjid Istiqlal dan Gereja KatedralMasjid IstiqlalGereja KatedralTerowongan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Dua bangunan tempat ibadah yang megah berlokasi saling berhadapan di Ibukota Negara Indonesia, yaitu Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Meskipun Indonesia berpenduduk mayoritas Muslim, namun toleransi beragama sangat baik. Terbukti dengan dua bangunan rumah ibadah yang saling berhadapan hanya terpisah oleh jalan raya hingga hari ini dalam setiap kegiatan keduanya saling membantu, salah satunya dalam menyiapkan lahan parkir. sumber Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral keduanya memiliki arsitektur yang luar biasa, sehingga setiap orang yang belum pernah melihatnya akan terpukau. Kedua bangunan ini menjadi salah satu ikon Ibukota, bangunan penuh dengan nilai sejarah dan menjadi cagar budaya sangat layak menjadi salah satu tujuan dalam perjalanan ke DKI Jakarta. Alasan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Dibangun Berdampingan sumber Pertama Alasan kerukunan beragama, sehingga mampu menciptakan toleransi antar pemeluk agama. ini dibuktikan dengan keteladanan orang nomer satu di Republik Indonesia kala itu, yaitu Presiden memberikan gagasan pembangunan masjid saling berdekatan antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Kedua Untuk perdamaian, umat Islam dan Katolik sudah membuktikan toleransi tersebut hingga menciptakan situasi yang damai. Contoh nyata salah satunya dengan menyediakan lahan parkir ketika ada kegiatan dari salah satu pihak, seperti ketika ada kegiatan Misa Malam Natal di Katedral, pihak Masjid Istiqlal memberikan tempat parkir bagi umat Katolik, begitu pula sebaliknya. Ketiga Letak Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang saling berhadapan sebuah simbol kerukunan beragama yang harus diimplementasikan oleh antar umat beragama sehingga kerukunan dan perdamaian terjaga, sesuai dengan watak dan karakteristik bangsa Indonesia. Toleransi dalam Islam sudah diterapkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW dengan turunnya surat Al Kafirun pada lafadz ayat “Lakum diinukum waliyadiin” yang artinya “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Jadi untuk urusan muamalah antar Islam sangat dianjurkan, sehingga jika terjadi permasalah yang menyangkut orang Islam, itu karena pemahamannya yang kurang benar atau pemahamannya yang tidak utuh. Sejarah Singkat Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Masjid Istiqlal Gagasan para tokoh agama Islam agar umat Islam memiliki Masjid Nasional di Ibukota sebagai simbol dari negara yang memiliki mayoritas umat Islam di Indonesia dan di dunia. Sekitar tahun 1944 beberapa ulama dan tokoh Islam mengusulkan kepada Presiden Soekarno untuk mengizinkan mendirikan Masjid Agung. Justru usulan tersebut disambut sangat baik oleh Presiden Soekarno, namun penjajahan Jepang masih menyulitkan untuk merealisasikan pembangunan tersebut. Di tahun 1950 ide pembangunan Masjid Agung muncul kembali atas prakarsa Menteri Agama Wahid Hasyim dan Anwar Tjokroaminoto dari Sarekat Islam beserta tokoh-tokoh Islam yang hadir pada pertemuan di Gedung Pertemuan Umum Deca Park, Medan Merdeka Utara. Hingga berhasil membentuk kepengurusan Yayasan Masjid Istiqlal yang di ketuai Anwar Tjokroaminoto. Kemudian diadakanlah sayembara Rencana Gambar Masjid Istiqlal yang dimenangkan oleh arsitek Friedrich Silaban. sumber Pembangunan Masjid Istiqlal merupakan proyek nasional karena Presiden Soekarno juga turut andil dalam proses pembangunan Masjid Istiqlal dengan mengusulkan lokasi pembangunan masjid. Akhirnya diputuskan bahwa lokasi berdirinya Masjid Istiqlal di bekas benteng Belanda yang berlokasi di Taman Wilhelmina. Lokasi tersebut sangat berdekatan dengan Gereja Katedral. Pemberian nama masjidpun dipilih Istiqlal yang artinya ” Merdeka ” yang memiliki makna rasa syukur dari sebuah Kemerdekaan bangsa Indonesia. Benteng Belanda sebagai simbol penjajahan akhirnya dibongkar dan dijadikan simbol baru kemerdekaan yaitu sebuah bangunan Masjid Agung yaitu Masjid Istiqlal. Proses pembangunan masjid sempat mandek karena situasi politik dalam negeri yang genting adanya peristiwa pemberontakan 30 September 1965 oleh PKI Partai Komunis Indonesia . Akhirnya pada tahun 1969 presiden Soeharto menyusun kembali Panitia Pembangunan Istiqlal, sehingga pada tanggal 22 Februari 1978 Masjid Istiqlal selesai dibangun. Masjid Monumen Kemerdekaan ini dibangun sebagai penghormatan kepada para pejuang muslim dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan sebagai rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa. Gereja Katedral Gereja Katedral merupakan bangunan tua, karena Gereja Katedral dibangun sejak masa penjajahan Belanda. Di awali dari perintah Raja Louis dari Belanda 1806-1810 kepada Herman Willem Daendels untuk memimpin Hindia Belanda dan membantu para misionaris untuk mendirikan gereja bagi umat Katolik. Pada 1808 Daendels menghibahkan sebuah gereja dekat Istana Gubernur Jenderal di Weltevreden sekarang sekitar Monas sebagai pusat keuskupan Hindia Belanda. sumber Pada 1877 ada usulan untuk membangun Gereja Katedral karena gereja yang telah dihibahkan oleh Danedels sudah mengalami kondisi yang memprihatinkan. Namun usulan tersebut ditolak, sehingga pada 9 April 1890 Gereja Katedral Batavia roboh karena tiang rauh dan sudah tidak mampu menahan beban atap gereja. Kemudian Pastor Antonius Dijkmans mencoba melakukan pembangunan Gereja Katedral lagi dengan bantuan dari pribumi dan Tionghua. Tetapi karena keterbatasan danan maka Gereja Katedral tidak bisa diselesaikan. Selanjutnya jasa Luypen dengan mencari donatur ke umat Katolik maka renovasi Gereja Katedral bisa dilakukan dan pada November 1899 Gereja bisa dirampungkan. Untuk peresmian Gereja Katedral dilakukan pada 21 April 1901 oleh Gubernur Jenderal Rooseboom 1899-1904 dan pejabat kolonial lainnya. Saat ini Gereja Katedral menjadi salah satu simbol kerukunan antar agama, karena letak gereja berhadapan dengan masjid, yaitu Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Pada pemerintahan Presiden Joko Widodo, sang Presiden memiliki ide untuk membangun sebuah terowongan yang menghubungkan antara kedua tempat ibadah tadi yaitu Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Beliau beralasan, terowongan bisa mempererat silahturahmi antar uman beragama. Namun ide ini sangat kontroversial, banyak dari kalangan Muslim sangat tidak setuju jika dibangun sebuah terowongan. Karena bangunan dua tempat ibadah yang saling berhadapan itu sudah menjadi cerminan dari kerukunan antar umat beragama, dan hingga saat ini kerukunan dan perdamaian tetap terjaga.Sepertipembakaran tempat ibadah dan aksi kekerasan lainnya yang bermotif agama. Warga di desa itu mengaku mengetahui semua kejadian itu. Mereka lalu membahas konflik yang terjadi di luar itu dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak terjadi di desa tersebut. "Kami tahu. Tapi itu terjadi di sana, jangan sampai terjadi di sini," kata Ahmad
- Masjid Istiqlal berdampingan dengan gereja Katedral. Siapa sangka, ada kisah menarik soal pemilihan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal yang berdampingan dengan Gereja Katedral di Jakarta. Sebagian orang mungkin menangkap kesan bahwa dua ikon tempat ibadah tersebut adalah contoh paling mudah untuk menggambarkan toleransi beragama di Indonesia. Namun, kisah di balik hal ini ternyata tidak sesederhana itu. Ide membangun Masjid Istiqlal sebagai masjid nasional sudah muncul sejak tahun 1950 atau tidak lama setelah pengakuan kedaulatan secara penuh dari Belanda kepada Indonesia. Namun, usul ini baru diajukan kepada Presiden Sukarno pada Karno menyambut baik usulan tersebut. Tapi, urusan tak lantas selesai sampai di situ. Pemilihan lokasi pembangunan masjid sempat memantik silang pendapat antara Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad dari buku berjudul Friedrich Silaban 2017 karya Setiadi Sapandi, Hatta menyarankan agar Masjid Istiqlal didirikan di lokasi yang saat ini menjadi tempat berdirinya Hotel Indonesia atau di Jalan Thamrin sekarang. Pertimbangannya, lokasi tersebut berada di lingkungan muslim dan tersedia lahan yang cukup kurang setuju jika masjid nasional itu dibangun di kawasan Pasar Baru lantaran lokasi tersebut banyak terdapat bangunan-bangunan lama peninggalan Belanda. Hatta, tulis Sapandi, beralasan “akan mahal karena harus membongkar bekas benteng” apabila Masjid Istiqlal didirikan di lokasi tersebut. Di sisi lain, Sukarno tetap menghendaki agar pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan di dekat sekitar Pasar Baru, tepatnya di Taman Wilhelmina dan dekat benteng kuno Belanda. Seperti yang dikhawatirkan Hatta, anggaran untuk membangun masjid di tempat itu pasti amat besar. Namun, presiden tetap Bung Karno, masjid nasional harus berdekatan dengan bangunan simbol negara lainnya, seperti Istana Negara. Terlebih lagi, di sekitar lokasi itu berdiri Gereja Katedral. Disebutkan dalam buku Sejarah Gereja Katolik Indonesia 1972 terbitan Majelis Agung Waligereja Indonesia, pendirian gereja bersejarah ini sudah dilakukan sejak 1892 dan diresmikan pada 21 April Soekarno Masjid Istiqlal Berdampingan dengan Gereja Katedral Sukarno tampaknya ingin menyampaikan pesan bahwa bangsa ini memiliki semangat persatuan dan toleransi beragama yang sangat kuat sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Itulah alasan utama mengapa sang presiden menginginkan Masjid Istiqlal harus dibangun dekat dengan Gereja Katedral yang menjadi pusat kegiatan umat Kristiani di yang terpilih sebagai arsitek pembangunan Masjid Istiqlal bernama Fredrerich Silaban, seorang pemeluk Nasrani dan anak pendeta Kristen Protestan di tanah Batak, Sumatera Utara. Pemilihan ini dilakukan setelah digelar suatu sayembara. Namun, proses pembangunan masjid nasional berjalan lambat karena banyaknya persoalan yang harus dihadapi negara pada saat itu, terutama persoalan-persoalan politik yang berujung pada terjadinya peristiwa Gerakan 30 September G30S 1965. Masjid Istiqlal akhirnya selesai dibangun pada 1961. Saat itu, pengaruh Sukarno sudah meluruh, digantikan oleh Soeharto dengan Orde Barunya. Namun, masjid ini baru diresmikan pada 22 Februari 1978 oleh Presiden Masjid Istiqlal Masjid Istiqlal berlokasi di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut lapangan Medan Merdeka yang ditengahnya berdiri Monumen Nasional Monas.Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta, ini juga sebagai simbol toleransi antaragama karena lokasinya berseberangan dengan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Masjid Istiqlal memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar tampung Masjid Istiqlal bisa melebihi dari dua ratus ribu jamaah. - Sosial Budaya Penulis Oryza AditamaEditor Iswara N RadityaPenyelaras Yulaika Ramadhani